Sabtu, 13 Februari 2016

INTERAKSI SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL



1.      Pengertian
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Dengan kata lain, ada hunbungan timbal balik antara individu satu dengan induvidu yang lain.
Sedangkan menurut H. Borner dalam bukunya, sosial psykologi yang dalam garis besarnya berbunyi dalah seagai berikut : interaksi sosial adalah hubungan antara satu individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang satu atau sebaliknya”. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia.
2.      Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Interaksi Sosial
Kelangsunga interaksi sosial ini, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi pada dasarnya dapat kita beda-bedakan dalam beberapa faktor yang mendasarinya, baik secara tunggal/individu atau bergabung/masyarakat. Menurut H. Borner faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sebagai berikut :
A.    Faktor Imitasi
Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain, imitasi itu sendiri bisa dalam bentuk bahasa yang digunakan, mode pakaian, dan perilaku yang ditampilkan, cara berjalan, cara memberi hormat, cara menyatakan terimakasi,cara menyatakan kegirangan pada orang apabila bertemu dengan seorang kawan yang lama tidak dijumpainya, cara-cara memberi isyarat tanpa berbicara dan lain-lain. Demikian pula dengan adat-istiadat dan konvensi-konvensi lainnya, yang sangat dipengaruhi imitasi sehingga karenanya terbentuknya tradisi-tradisi yang dapat bertahan berabad-abad lamanya. Tentulah hal ini tidak hanya faktor-faktor imitasilah yang memegang perannya tetapi juga struktur masyarakat dimana tradisi itu dipertahankan. Selain itu, di lapangan individu dan perkembanga kepribadian individu, imitasi mempunya peranya, sebap mengikuti satu contoh yang baik itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.
Peran faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang digambarkan diatas juga mempunaya segi-segi yang negatif. Yaitu hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah atau pun secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi ini dapat menimbulkan terjadi kesalahan kolektif yang menimbulkan kebiasaan di mana orang mengimitasi tanpa kritik, hal ini dapat menghambat kebiasaan berfikir kritis. Dengan kata lain, adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala keebiasaan malas berfikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupanya.
Hal ini juga telah di uraikan mengenai pendapat Gabriel Tarde, yang beranggapan bahwa seluru kehidupan sosial itu sebenarnaya berdasarkan faktor imitasi saja. Walau pun pendapat ini ternyata berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Imitasi bukan merupakan dasar pokok dalam semua interaksi sosial, melainkan merupakan satu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaiman dapat terjadi keseragaman dalam pandanga dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan seseorang mewujutkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat-istiadat dari satu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaska hubungan-hubungannya dengan orang-orang lain.
B.     Faktor Sugesti
Sugesti adalah pengaruh praktis,baik yang datang dari dalam diri dan dari luar/orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritikan dari indivudu yang bersangkutan.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial, menurut W.A. Gerungan dapat dirumuskan sebagai satu proses diaman seseoaran individu meneriam satu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sugesti itu sendiri dapat kita bagi menjadi dua, yaitu : “outo sugesti (yaitu sugesti yang berasal atau datang dalam diri sendiri) dan hetero sugesti (yaitu sugesti yang berasal dari orang lain).”
Syarat-syarat terjadinya sugesti sebagai berikut :
1.      Sugesti karena hambatan brfikir
2.      Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah
3.      Sugesti karena otoritas
4.      Sugesti karena mayorotas
5.      Sugesti karena “will to believe”

B.1.  sugesti karena hambatan berfikir
Dalam proses sugesti terajadi gejala bahwa orang dikenalinya mengambil oper pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberi pertimbanga-pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan saja apa yang di ajukan oleh orang lain. Hal ini lebih muda terjadi apa bila ia,pada waktu terkena sugesti, berada dalam ketika cara-cara berfikir kritis itu sudah dalam keadaan terhambat-hambat. Dalam hal ini bisa terjadi misalnya, apabila orang itu sudah lelah berfikir, tetapi jika apabila proses berfikir secara itu di kurangi dayanya karena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosiaonal. Hal ini misalnya, terjadi pada jaman Hitler di Jerman, ketika orang-orang Nazi dapat menggunakan kondisi-kondisinya yang dapat menimubulkan sugesti massa. Mereka mengetahui benar-benar hal itu karena menggunakan segala teknik untuk mempengaruhi massanya secara sugesti.

B.2.  Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
Selain dari keadaan ketika pikiran kita terhambat akibat kelelahan atau akibat rangsnagan emosional sugesti itu mudah terjadi pada diri orang yang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannay, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-pecah belah. Hal ini dapat terjadi, misalnya, apa bila orang bersangkutan bingung ketika di hadapkan dengan kesulitan hidup yang lebih kopleks bagi daya penampungannya. Apabila orang, karena satu hal, menjadi bingung, maka ia lebih muda terkena oleh sugesti orang yang lain yang mengetahui jalan keluaranya dari kesuliatan-kesuliata yamg ia hadapi. Lapangan sosial tempat sugesti itu memegang peran penting sekali ialah lapangan iklan dan reklame. Gegitu juag dengan para tukan sulap, yang dengan mudah ia lakukan sedemikian rupa sehingga perhatian orang terpecah belah/terpecah-pecah terlebih dahulu.


B.3.  Sugesti karana otoritas atau pristise
Dalam hal ini orang-orang yang cenderung menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang-orang yang ahli dalam lapangan/bidangnya, sehingga dapat dianggap sebagai otoritas pada bidang tersebut atau pun dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai pristise sosial yang tinggi. Hal ini di pergunakan pula pada lapangan/bidang propaganda, orang bayak itu lebih cebderung untuk menerima satu ucapan apabila ucapan itu berasal dari seorang ahli bidang masing-masing, memiliki pritise sosial dan dapat di percaya.

B.4 . Sugesti karena mayoritas
Dalam hal ini orang kerap cenderung akan menerima satu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu di dukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pendapat itu tanpa di timbang lebih lanjut, karena kalau kebenyakan sudah berpendapat demikian, ia pun rela mengikuti penfapat tersebut.
B.5.  Sugesti karena “will to belive”
Orang yang akan di sugesti telah mendapat informasi yang searah. Sugesti justru membuat sadar akan adanya sikap-sikap dan pandangan-pandangan tertentu pada orang-orang. Sehingga yang terjadi dalam sugesti itu ialah diterimanya satu sikap-pandangan tertentu karena sikpa-pandangan itu sebenarnya suda terdapat padanya, tetapi dalam keadaan terpendam. Dalam hal ini isi sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karna ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal yang di sugesti itu, yang sebenarnya sudah tedapat padanya. Jenis sugesti macam ini dapat pula disebut sugesti karena will to belive atau sugesti karena keinginan untuk meyakini dirinya sendiri.
C.    Faktor Identifikasi
Identifikasi alah sebuah istilah dari psykologi Sigmund Freud, menguraikannya mengenai seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Hal tersebut mulai pada ketika ia berusia kira-kira 5 tahun. Dalam garis-garis besar anak itu belajar menyadari bahwa,dan ia pun mempelajarinya, yaitu dengan dua cara utama : pertama, ia mempelajarinya karen didikan orang tuanya hal ini disebut perbuatan baik dan hal-hal yang disebut pebuatan baik. Kedua, berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasioanal. Jadi pada prinsipnya identifikasi dalam psykologi merupaka dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Identifikasi terdapat satu hubungan dimana yang satu menghormati dan menjujun tinggi yang lain, dan ingin belajar dari padanyakarena yang alain itu dianggap sebagai yang apaling ideal.
D.    Faktor Simpati
Faktor lain yang memegang peran penting dala intreaksi sosial ialah faktor simpati. Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu tehadap yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Lawan dari simpati adalah antipati. Simpati menghubungkan orang yang satu dengan orang yang lain; sebaliknya perasaan antipati cenderung untuk menghambat atua meniadaka sama skali pergaulan antar orang. Dalam perasaan antipati orang yang satu tudak suka bergaul (menolak dalam perasaannyadengan orang lain. Antara gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Jadi, pada simpati dorongan utamanya ialah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingi engikuti jejak, ingin mencoba dan ingin belajar dari orang lain yang di anggapnya sebagi yang paling ideal. Hubunga simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua, atau lebih, orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yangalai berdasarka sifat-sifat yang di kaguminya. Simppati bermaksut kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
E.     Introyeksi
Satu gejala yang lain, yang berdasarka pula dengan simpati, ialah apa yang disebut introyeksi, satu istila yangberasal dari pakar psykolog Freud seperti juga istilah identifikasi. Gejala inrtoyeksi itu tidak begitu sering terjadi dalam pergaulan sosial seperti faktor-faktor dasar lainnya sehingga tidak di sebut sebagi faktor tersendiri. Lagi pula hubungannya dengan simpati sangat erat sekali. Artinaya, introyeksi sebaiknya diterangkan terlebih dahulu dengan sebuah contoh:
Introyeksi terjadi dalam kondisi tertentu sesudah terbentuknya kerja sama antara dua atau lebih orang berdasarkan simpati. Andaikata terdapat dua orang yang sudah menaruh simpati dan suda bekerja sama beberapa waktu. Sesudah itu, karena keadaan-keadaan tertentu, hubunga antara dua orang tersebut harus di putuskan, entah karena pindah, atau ke tempat lain (luar negri/daeran lain), atau karena meninggal dunia. Kejadain ini tetulah menyedihkan kedua belah pihak karena ter hentinya  kerja saama dan salin mengerti itu dan terhentinya kemungkianan untuk meluaskan pandangan dan pribadi kedua-duanya. Walau pun demikan, belum berarti bahwa sama sekali hubungan kedua orang itu di putuskan sebab,apabila terjadi introyeksi dari orang lai ke dalam dirinya sendiri, maka seakan-akan hubungan simpati di antara mereka masi berjalan terus walau pun yang lai sudah meninggal atau sakit payah, atau berada di tempat yang jauh.
Introyeksi dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan keseluruhan cara bertungkah laku orang lain itu, batin dan kegiatan khas orang lain itu, seakan-akan sedah menjadi darah-daging orang pertama. Ia, orang yang mengintroyeksinya itu, seakan-akan mengandung gambaran dari keseluruhan ciri, sikap, pandangan, dan tingkah laku dari orang lain yng demikian “hidup” dalam artinya, dan seakan-akan “berbicara” dalam dirinya pada keadaan tertentu, seperti juga patner yang sebenarnya akan berbicara dalam keadaan-keadaan serupa. Seakan-akan gambaran jiwa orang lain senantiasa di kandungnya, dan dengan demikian hubunga tersebut masih ada.
Kejadian intriyeksi itu tidak sering terjadi, tetapi kalu terjadi, hal itu dapat berlangsung demikian mendalam sehingga intryeksi itu bisa bertahan seumur hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar